Oleh Andrias
Harefa - Rabu, 6 Februari 2013
Belum lama ini, saya diundang ke Dumai oleh Pertamina. Ada pertemuan reguler terkait target dan strategi pencapaiannya yang perlu disampaikan manajemen kepada jajaran pekerja. Tantangan kerja di lingkungan Pertamina memang bukan main. Banyak sekali variabel yang memengaruhi kinerja akhir dan tidak semuanya berada dalam kontrol langsung manajemen. Faktor politis dan kondisi sosial masyarakat terkait isu bahan bakar minyak bisa memaksa manajemen mengubah berbagai hal yang semula sudah dipersiapkan.
Suasana yang nampak dan terasa, tidaklah menggembirakan. Tiga ratusan audiens yang memenuhi ruangan terlihat memang butuh penyegaran. Mereka orang-orang yang berpengalaman dan kompeten dalam bidang masing-masing. Namun tuntutan kinerja yang diharapkan memang bukan soal gampang. Tidak hanya perlu komitmen total, tetapi juga suntikan antusiasme. Bagaimana pun, kerja seharusnya juga menimbulkan gairah dan kegembiraan, kan?
“Menurut
Bapak, bagaimana seorang pekerja dapat membuat dirinya pantas diandalkan
dalam berbagai situasi kerja yang menantang seperti yang kami hadapi?” tanya
seorang peserta dalam sesi dialog. Ia ingin menjadi pekerja yang memegang
prinsip, yang tidak diombang-ambingkan oleh situasi dan kondisi yang
berubah-ubah. Ia ingin menjadi pekerja yang dewasa, yang mampu memotivasi diri
sendiri tanpa harus sering ikut seminar motivasi.
Pertanyaan itu mengingatkan saya pada nasihat direktur perusahaan tempat saya pernah bekerja 24 tahun silam. Saat itu, bisnis pertama saya baru saja bangkrut dan saya dipanggil membantu yang bersangkutan. Minggu pertama, ia mengajarkan kepada saya untuk menjadi, “pekerja yang SIIAAP”.
Pertama, jika Anda ingin menjadi pekerja
yang diandalkan,
maka latihlah diri Anda untuk mampu menunjukkan sikap positif dalam berbagai situasi. Ada begitu banyak godaan untuk bersikap negatif, baik terhadap rekan kerja, atasan, kolega, bawahan, bahkan terhadap produk dan pelanggan. Dan pekerja yang andal mampu mempertahankan sikapnya positif dalam berbagai situasi yang negatif sekalipun. Sikap positif yang kuat bernilai puluhan bahkan ratusan miliar dalam kehidupan nyata.
maka latihlah diri Anda untuk mampu menunjukkan sikap positif dalam berbagai situasi. Ada begitu banyak godaan untuk bersikap negatif, baik terhadap rekan kerja, atasan, kolega, bawahan, bahkan terhadap produk dan pelanggan. Dan pekerja yang andal mampu mempertahankan sikapnya positif dalam berbagai situasi yang negatif sekalipun. Sikap positif yang kuat bernilai puluhan bahkan ratusan miliar dalam kehidupan nyata.
Kedua, milikilah integritas dengan menepati sebanyak mungkin janji Anda dan berkata jujur tanpa menyakiti hati orang lain. Jika Anda mengatakan akan melakukan sesuatu, maka lakukanlah itu, sekalipun orang mungkin sudah lupa pada apa yang Anda katakan atau janjikan. Menepati janji dan berkata jujur itu harus dilatih, sebab itu bukan bakat turunan, melainkan kebiasaan yang dibentuk lewat pengulangan-pengulangan. Sama seperti kebiasaan ingkar janji dan berdusta merupakan hasil pembelajaran dan bukan watak bawaan lahir.
Ketiga, biasakanlah berinisiatif untuk
melakukan perbaikan. Hindari sikap pasif dan apatis. Usulkan setiap hari,
setiap minggu, setiap bulan, hal-hal yang bisa diperbaiki. Inisiatif menjadi
pertanda bahwa otak berfungsi lebih baik. Inisiatif menunjukkan ada kecerdasan
dalam diri seseorang. Sebaliknya, sikap pasif dan apatis membuat otak malas bekerja.
Ini menurunkan nilai pribadi. Sebab otak yang tidak digunakan harganya akan
turun drastis sampai mendekati harga otak-otak (hahahaha...).
Keempat, biasakanlah untuk menerima dan mengambil tanggung jawab. Ini berarti tidak suka menyalahkan keadaan atau orang lain, tetapi berani mengaku salah jika memang ada kesalahan; tidak suka mengeluh meski pun tak pernah kurang alasan untuk menyatakan keluhan. Ini juga berarti bersedia menjadi pemimpin, sebab tanggung jawab melekat pada diri pemimpin.
Kelima, bertindaklah antusias. Gerakan
tubuh dan melangkahlah seperti orang sukses. Temukanlah dan buatlah pekerjaan
menjadi menantang dan menarik dengan berlomba-lomba memperbaiki kinerja
pribadi, tanpa membandingkannya dengan orang lain. Buatlah suasana bekerja seperti
belajar untuk naik kelas dari waktu ke waktu.
Keenam, posisikan diri sebagai problem
solver, pemecah masalah, bukan problem maker. Datanglah kepada
atasan dengan mentalitas pemecah masalah, yakni pekerja yang datang dengan
sikap positif; yang menunjukkan integritas dalam soal janji dan jujur dalam
perkataan; berinisiatif untuk melakukan perbaikan; menerima dan mengambil
tanggung jawab; dan menunjukkan antusiasme kerja menyala-nyala.
Enam ajaran atasan saya itulah yang disingkat menjadi SIIAAP: Sikap positif; Integritas; Inisiatif; Ambil tanggung jawab; Antusias; dan Problem solver. Ajaran itu juga yang menjadi bekal saya bekerja selama bertahun-tahun. Di akhir dialog saya tegaskan bahwa, “Tidak seorang pun bisa memotivasi Anda, kecuali Anda mengizinkannya demikian. Sebab motivator terbaik bagi Anda adalah Tuhan yang bekerja di dalam diri Anda sendiri. Motivator dari luar diri sendiri adalah motivator ‘kelas dua’.” Bukankah begitu? Salam proaktif.
______________________
ANDRIAS HAREFA STW
Writer: 38 Best-selling Books
Trainer-Speaker: Berpengalaman 20 Tahun
Beralamat di www.andriasharefa.com– Twitter @ aharefa
ANDRIAS HAREFA STW
Writer: 38 Best-selling Books
Trainer-Speaker: Berpengalaman 20 Tahun
Beralamat di www.andriasharefa.com– Twitter @ aharefa